Cerpen - Nyala yang Padam

Nyala yang Padam Alhayu Suara televisi menyelinap pelan di antara hiruk pikuk suara kendaraan di suatu pemukiman sempit. Di layar, seorang pria tua berjas rapi berdiri di balik podium berhias lambang negara, wajahnya kaku namun penuh wibawa. "Saudara-saudara sebangsa dan setanah air..." Kalimat itu bergema, menggantung di ruang tamu yang pengap, mengisi celah-celah keheningan dengan nada tegas namun jauh dari meyakinkan. Pria tua itu membuka pidato, dengan senyum kaku, berdiri optimis sebagai seorang kepala negara yang memiliki citra ‘memimpin dengan sepenuh hati’. Pidato itu terus mengalir—tentang kestabilan, tentang persatuan, tentang masa depan yang cerah. Tapi di balik semua omon-omon itu, dunia terasa jauh dari kata damai. "Saudara-saudara.. Saya juga heran ada orang yang mengatakan negara kita ini gelap. Kalau dia memang merasa gelap, itu hak dia, tapi kalau saya bangun pagi saya lihat negara kita ini terang-terang saja," katanya. N tah itu sebuah si...